Pages

Kita hanyalah sisa

Silau, goresan cahaya menampar tepat di pelupuk netra

Membuang kelam, menghadirkan terang
Membunuh semua mimpi, merajut nyata
Benci...

Tidak, aku tidak membenci realita
Bahkan yang meninggalkan kita di depan
Ya, kita berada di depan tapi seperti di tinggalkan
Kita hanyalah sisa sisa

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Tentang itu, kita sudah sama sama mengerti

"Sial itu bukan mimpi..."


Tuuutt... Tuuutt... Tuuutt... "Halo", "hong koeh ikau?", "huma, haru ih mis..." Piip piip piip...
Pagi itu aku terbangun oleh suara teleponnya, dan seperti biasa aku tidak pernah punya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatku sebelum ia mematikan teleponnya. Hah, mata ini masih terasa begitu berat, kulirik jam di ponselku, ini masih pukul 7 pagi...
Akhirnya aku menyerah pada hasratku, sebelum seseorang menendangku dari atas kasur tidak lama kemudian...
Yah sebelum sempat membuka mata aku sudah tau kalau itu dia. Dia memang sahabat baikku, dia yang mengajarkanku banyak hal tentang budaya dan lainnya, saking sudah dekatnya kami dia bahkan sudah tidak sungkan sedikit pun di rumahku karena sepertinya ibuku pun sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri...
"Aku sudah baca" katanya, aku yang masih mengantuk akhirnya membuka sebelah mataku dan melihat ke arahnya "hah?" gumamku pelan. Dia menatapku prihatin, seperti ragu hendak berucap sesuatu. "Ceritalah ke aku, ntar kita pikirkan bersama seperti biasa". Aku yang sudah paham arah pembicaraannya mulai gak mood dan hanya menjawab santai, "yah katanya sudah baca, apalagi yang mau kuceritain?".

Kemudian aku membaringkan kembali badanku dan memalingkan wajah ke arah dinding. Aku memang sedang malas membahasnya bahkan pada sahabat baikku sendiri. "Hey kalau itu aku, aku akan melakukan yang memang harus kita lakukan, kupikir kau pasti sudah tau maksudku". Aku memang paham betul maksudnya, kami sering berbagi banyak hal bersama, membuka topik diskusi yang terkadang bahkan terlihat tidak penting. Makanya bahkan tanpa mengatakannya pun aku sudah paham maksudnya. Dan sial tiba tiba aku jadi sedikit bersemangat menceritakannya,.
Aku bangun dan duduk di depannya, menatapnya cukup lama. "Kalau kau diposisi dia, apa yang akan kau lakukan?" tanyaku padanya. "Eh kok aku?" dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku.
"Yah kau sama dia kan sama sama cewe, ya kali aja pemikiranmu sama dia sama". "Aku akan melakukan seperti yang dia lakukan" ucapnya sambil menatap lantai kamarku. "Hmm iya itu cukup, sekarang aku benar benar yakin kalau dia memang melakukan hal yang benar" kataku dengan nada sedikit malas...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Akan Kusimpan

"Kau simpan hanya untuk kemudian kau buang?"


Aku masih berada di tanah kelahiranku, ya menikmati liburan kuliah yang entah mengapa rasanya kurang afdol kalo gak mudik...
Padahal mudik pun, aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah saja, ya sesekali pergi keluar untuk futsal, tapi aku tetap lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
Ah ya, kebiasaan buruk saat liburan itu aku tidak bisa tidur cepat, kalian tau lah menghabiskan paket internet yang menurutku tidak mendukung kemajuan bangsa sama sekali. Paket internet yang mengharuskan kita begadang untuk menikmatinya, hey ayolah aku tidak sedang berusaha menyalahkan  paketnya hanya aku saja yang cukup bodoh untuk membelinya. "Pip" kira kira begitulah nada pesan ponselku yang berbunyi, nama yang tidak asing. 

Tak kusangka dia bahkan juga belum tidur di waktu yang selarut ini. "Hey" kata pertama yang tidak pernah absen kugunakan untuk memulai percakapan sms kami. Aneh, pembicaran kami mulai terasa kaku dan formal, padahal topiknya santai. Mungkin karena sudah cukup lama. Ya sudah sekian lama kami bahkan tidak memulai pembicaraan. Mulai larut, dan kini hanya halaman google yang ada di depanku. Beberapa kali aku coba ketikkan beberapa kalimat, sebelum akhirnya menghapusnya lagi. Kemudian kulirik ponsel yang ada disebelahku, hanya layar hitam tak menyala. Hah mungkin dia sudah tidur pikirku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Ladang

"Pun tak akan kusiram terlalu berlebihan agar tidak busuk"


Seperti selimut hitam tebal yang dihamparkan, malam dengan sigap mengambil alih peran...
Ah malam ini kubiarkan jari jari ini berkencan dengan senar senar gitar. Setidaknya kemesraan mereka menghasilkan harmoni indah menurut pendengaranku sendiri. Aku memang sedikit tidak ramah, hanya menatap datar malam, kosong. Yah terkadang kekosongan menjadi hal yang baik bagiku, aku lebih nyaman mengisi sebuah kekosongan dengan sesuatu dibanding harus merpikan ke"ada"an atau menambahkan sesuatu yang pas pada sesuatu yang telah ada. Ah sudahlah, sepertinya jari jariku semakin mesra dengan senar senar gitar. 

Aku memang benar benar sedang tidak berniat melakukan apa pun,...
Aku tidak membalas senyum bulan malam ini, aku tidak membalas sapa bintang malam ini, aku bahkan hanya menatap datar malam...
Aku adalah petani, yang membiarkan ladangnya ditumbuhi ilalang dan rerumputan. Sejak waktu itu, terakhir kali aku menyebarkan bibit bibit bunga indah di ladang ini, merawatnya dari hari ke hari, tapi tak pernah mendapatinya mekar. Aku bukan petani yang tidak pernah lelah, terkadang aku selalu benar benar berharap bunga itu mekar dengan indahnya, menghias indah ladang ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Menari

Sekali lagi, cahaya mentari kembali tergerus...

Menyisakan selimut malam, menghadirkan kelam...
Tidak, tidak pernah terucap janji, tidak pernah terukir kepastian
Akan kembalinya esok...

Tidak pernah ada jaminan, lukisan indah jingga yang tergantung di megahnya mega
Dalam gagah tahta mentari akan kembali terpercik...
Tidak pernah ada kepastian kilatan silau mentari akan hadir lagi di pelupuk netra...
Tidak pernah ada janji alam akan menampilkan kembali indah tarian bayu...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Jika Saatnya

Jika saatnya kau akan mekar bahkan jauh lebih indah dari bunga bunga musim semi...

Jika saatnya kau akan menghiasi hidup bak bintang bintang yang tergantung di langit...
Jika saatnya kau akan menjadi arus sungai yang jernih yang menemani daun ini sampai ke hilir...
Jika saatnya kau akan bersinar bak mentari yang menjaga hari...
Jika saatnya kau akan menopang indahnya pohon bak akar yang tak pernah ingin dipuji...
Jika saatnya kau akan menjadi angin yang menyejukkan musafir dan menggoreskan senyum di wajahnya...
Jika saatnya kau akan menjadi hujan yang melegakan dahaga gurun pasir...
Jika saatnya kau akan kuikat dalam ikatan resmi pernikahan dalam Ridho-Nya...
Maka bersabarlah cinta...
Jangan pernah jenuh untuk menanti, karena aku pun tak akan pernah lelah untuk mencari...



Fatamorgana

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

SKENARIO

"Bahkan tiap detik bentuknya sudah merupakan kehendak-Nya"


Sore ini hujan kembali meredakan dahaga kota ini, Yogyakarta...
Kalau berlari mungkin aku sudah mengelilingi kota ini puluhan bahkan ratusan kali, ya pemikiran yang mengganjal ini terus kupikirkan entah sudah berapa lama...
Sial, memang nampaknya pemikiranku sendiri yang membuatnya jadi ribet. Aku justru menambah ruwet ikatan tali pemikiran ini, mencoba melepaskannya tapi justru semakin terikat. Terlalu bingung untuk memilih simpul mana yang tepat. Simpul skenario ini memang belum bisa kupahami, jalan ini memang belum lama kujajaki...

Bahkan seharusnya aku sudah menyadarinya sejak pertama aku mulai memilih jalan ini, tapi aku sendiri yang sempat berpikir mengubah arah jalan ini...
Terkadang kembali bukan pilihan utama saat kau sudah melangkah terlalu jauh kedalam jalan yang kau pilih tapi bukan itu yang membuatku memilih untuk tidak pernah kembali...
Aku terus melangkah karena memang aku merasa sudah begitu yakin pada jalan ini,.. Jalan yang menghadirkan banyak suasana baru padaku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

"Back"

Senja, begitu aku kerap memanggilnya, seorang teman yang tak pernah lelah menemani mengenang banyak hal dan mendengar tiap ocehanku. Apa? ayolah jangan bercanda, jangan tanyakan dalam sekian banyak hal yang kukenang itu ada kau disana atau tidak. Maksudku itu bukan pertanyaan bukan, jika jawabannya sudah sangat jelas.
Kopi, itulah nama panggilan yang kuberikan untuk temanku yang lain, seolah kerap membisikkan ide ide cemerlang untukku dengan syarat aku menemaninya hingga larut atau entahlah justru aku yang kerap memaksanya menemaniku tetap terjaga....
Beberapa yang lain lebih memilih untuk tidak kupanggil dengan nama apapun, mungkin mereka lebih senang dengan panggilan "sobat" atau "teman" yang kerap kulontarkan untuk mereka.

Yah, saat ini aku sedikit merindukan temanku yang lain, entahlah sampai beberapa hari lalu dia masih kerap berkunjung bersama senja seolah menjadi kristal air matanya yang turun menyapaku langsung dalam sentuhan lembut namun terkadang juga pilu...
Aku merindukan nyanyiannya, nyanyian yang kata mereka,"hanya bisa didengar oleh mereka yang merindu pun sedang dalam pilu", entahlah aku tidak pernah berani menanyakan langsung kebenarannya pada mereka. Bukan masalah apapun, hanya sedikit berspekulasi akan timbulnya pertanyaan pertanyaan yang mungkin akan mereka lontarkan untukku jika aku bertanya tentang hal semacam itu. Ya mungkin ada beberapa pertanyaan yang aku bahkan tidak pernah ingin menjawabnya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS