Pages

Aku Hanya Sedang Memulihkan Diri

"Malam itu aku melihatmu pergi"


"Hei lagi apa? :D" pesan basa basi singkat yang biasa kukirim padamu, bahkan rasanya aku tidak pernah mengganti setiap kata dan emoticonnya. Biasanya itu butuh waktu sekitar 5 sampai 10 menit sebelum kau membalas pesanku. Tapi siang itu, kau membalasnya jauh lebih cepat dari yang kubayangkan. Belum selesai kuteguk habis segelas air yang kuminum, aku berhenti sejenak dan menoleh pada ponselku yang berbunyi sebelum akhirnya aku buru buru menghabiskan sisa minumanku. "Baru habis sholat zuhur, ini mau makan dulu. Kamu sendiri?" Seperti biasa, kita hanya selalu saling berbalas pesan yang berisi obrolan obrolan basa basi, tidak pernah lebih dari itu. Terkadang aku butuh waktu lebih dari seperempat jam untuk membalas pesanmu, aku hanya menatap kosong kursor yang berkedip pada layar putih ponselku. Ya memang tidak dapat dipungkiri kalau terkadang aku benar benar ingin seperti mereka yang lain saat mengirimkan pesan pada teman wanitanya, pesan yang sedikit berbumbu mesra.


"Oh iya nih aku juga barusan habis makan hee. Iya jangan sampai telat makan ntar sakit haa" saat itu hanya itu kalimat yang kupikir paling pantas untuk membalas pesannya. Entahlah siang itu kau tidak memerlukan waktu lama untuk membalas setiap pesanku. "Yee kamu juga biasanya suka telat makan gitu. Eh nanti malam ikut gak?" Seketika mataku terbelalak membaca bagian akhir pesannya. Ya nanti malam ada acara yang entahlah aku sendiri tidak terlalu paham apa, tapi sepertinya teman temanku yang lain pun cukup antusias pergi kesana. "Haa iya, tapi ini udah tobat aku. Eh itu, emang kau mau kesana?" Sambil sedikit ragu aku menekan tombol send. "Iya, anak anak yang lain juga kan. Emang gak ada yang bilang ke kamu? Aku juga kebetulan nanti malam free" saat pertama kali membaca pesannya, hal pertama yang kupikirkan tentu aku akan pergi juga, lagi pula nanti malam aku gak ada kerjaan plus bisa menghabiskan malam dengannya. 



Entahlah, sepersekian detik sebelum aku menekan tombol send, aku mengurungkan niatku. Kupandangi isi pesanku lamat lamat, sebelum akhirnya aku mengeditnya. "Iya anak anak juga bilang dan kayanya pada semangat pergi tuh hee. Aku insya Allah ikut lah, tapi rada malas juga sih haa. Yaudah kamu makan dulu sana ntar kabarin lagi aja hee" setelah cukup yakin, aku menekan tombol send juga. Huufft gumamku, kenapa aku gak bilang ikut aja sih plus tawarin jemput dia sekalian. Tidak lama pesan singkat darinya muncul, "ok" yah pesan yang benar benar singkat dan berkesan dingin untuk mengakhiri obrolan.


Aku membaringkan sejenak tubuhku, menatap dalam langit langit kamar, sambil sesekali menatap keluar pintu kamarku. Tiba tiba ponsel yang kutaruh persis disebelah wajahku berbunyi, aku menoleh sejenak. Pesan dari temanku. Bahkan tanpa membacanya sepertinya aku sudah tahu apa isinya. Yah benar benar sesuai dugaanku, "woi, ntar malam kita kumpul ditempatmu dulu ya sebelum berangkat bareng ok?" Tidak pernah berubah, entah kenapa mereka suka berkumpul dulu ditempatku sebelum berangkat kemana saja. "K" balasku singkat. "Anjiiirrr singkat betul kau balas pesanku" aku hanya sedikit nyengir melihat pesannya, sepertinya aku bisa membayangkan wajahnya saat membaca pesanku tadi.


Siang itu aku benar benar merasa dalam dilema, sebagian diriku ingin pergi sedang yang lain tidak. Sempat beberapa kali aku hampir mengirim pesan singkat yang berisi tawaran jemputan untuk pergi malam itu. Tapi sampai setelah isya pun aku tidak juga mengirimnya. Yah satu persatu dari mereka mulai datang, sampai akhirnya dia menjadi orang terakhir yang datang. "Hei" ucapnya terkejut, "kamu gak ikut?" Melihat aku yang belum mandi, bahkan tanpa aku bilang pun dia sudah tau kalau aku tak berniat ikut pergi. "Tau nih, payah ah" yang lain ikut menimpali. "Haa iya lagi males nih" ucapku santai sambil tertawa ringan. Sekitar 10 menit mereka mencoba membujukku untuk pergi samapi akhirnya mereka menyerah dengan pertimbangan "takut kemalaman".


"Yaudah lah, serius nih gak ikut?" Tanyanya lagi. "Iya serius, ntar aku liat foto fotonya aja hee" aku mencoba menjawab dengan santai. "Yaudah, kita berangkat dulu ya", "okay, hati hati". Malam itu, aku melihatmu pergi dari bawah pintu. Aku tidak memalingkan pandanganku sampai punggungmu benar benar hilang dari pelupuk netraku. Sungguh, bukan tanpa alasan aku tidak ikut pergi bersama mereka. Aku memang tidak ingin terlalu sering berinteraksi denganmu, aku tidak ingin terlalu sering bertukar pesan denganmu, pun aku tidak ingin terlalu sering bersama denganmu. Ya itu karena aku takut. Bahkan sebelum malam ini aku merasa kalau belakangan intensitas kebersamaan kita sudah terlampau sering dan itu membuatku semakin takut.


Ya, aku takut kalau aku tidak lagi bisa menahan perasaan ini. Aku takut kalau perasaan ini pergi terlalu jauh sebelum waktunya. Pergi melintasi batasan batasan Illahi yang semestinya. Pergi melanggar dalam keinginan keinginan yang merendahkan. Aku takut, benar benar takut. Bahkan sebagian diriku sudah benar benar merasa menginginkanmu. Aku hanya tidak ingin perasaan itu berkembang terlalu cepat sekarang saat aku dan kamu belum siap. Belum siap dalam banyak hal, saat kita atau lebih tepatnya aku masih jauh dari kata pantas dalam menapaki hal seperti itu. Terkadang aku memang sedikit takut jika membayangkan kelak aku harus datang ke undanganmu dan memberikan selamat, aku pasti tidak akan sanggup mengucapkan "barakallahu fiika" untukmu kelak. Tapi terkadang aku juga merasa santai membayangkan hal hal seperti itu. Yah aku ingin seperti dulu saat tidak sedikit pun sebagian dari diriku yang benar benar begitu menginginkanmu, sehingga aku tidak pernah merasa takut membayangkan apa pun yang akan terjadi kelak. Dan sekarang, aku hanya sedang mencoba mengurangi interaksi kita, aku hanya sedang berupaya memulihkan diri. Aku sungguh tidak bermaksud menghapusmu sepenuhnya dari diriku, tapi aku juga tidak akan membiarkanmu berkembang dalam diriku melebihi yang sepantasnya, sewajarnya untuk saat ini.


Aku tidak tau bagaimana caramu melihatku, dan aku belum ingin tau. Setidaknya untuk waktu yang cukup lama. Malam itu, saat punggungmu sudah benar benar memudar dari pandanganku, dari bawah pintu aku berucap pelan,"maaf, hati hati ya" dan kemudian menutup pintu...






Fatamorgana

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

2 comments: