Senja, begitu aku kerap memanggilnya, seorang teman yang tak pernah lelah menemani mengenang banyak hal dan mendengar tiap ocehanku. Apa? ayolah jangan bercanda, jangan tanyakan dalam sekian banyak hal yang kukenang itu ada kau disana atau tidak. Maksudku itu bukan pertanyaan bukan, jika jawabannya sudah sangat jelas.
Kopi, itulah nama panggilan yang kuberikan untuk temanku yang lain, seolah kerap membisikkan ide ide cemerlang untukku dengan syarat aku menemaninya hingga larut atau entahlah justru aku yang kerap memaksanya menemaniku tetap terjaga....
Beberapa yang lain lebih memilih untuk tidak kupanggil dengan nama apapun, mungkin mereka lebih senang dengan panggilan "sobat" atau "teman" yang kerap kulontarkan untuk mereka.
Yah, saat ini aku sedikit merindukan temanku yang lain, entahlah sampai beberapa hari lalu dia masih kerap berkunjung bersama senja seolah menjadi kristal air matanya yang turun menyapaku langsung dalam sentuhan lembut namun terkadang juga pilu...
Aku merindukan nyanyiannya, nyanyian yang kata mereka,"hanya bisa didengar oleh mereka yang merindu pun sedang dalam pilu", entahlah aku tidak pernah berani menanyakan langsung kebenarannya pada mereka. Bukan masalah apapun, hanya sedikit berspekulasi akan timbulnya pertanyaan pertanyaan yang mungkin akan mereka lontarkan untukku jika aku bertanya tentang hal semacam itu. Ya mungkin ada beberapa pertanyaan yang aku bahkan tidak pernah ingin menjawabnya...
Hari ini berlalu tanpa saling sapa aku dan senja, yah aku sedikit iba karena terkadang dia terlihat bosan dengan ocehanku. Darimana aku tahu? Itu mudah, terkadang dia hanya diam dalam bisunya tidak tersenyum pun tertawa. Terkadang justru hujan yang lebih antusias bercerita, mengajak serta guntur dan guruh.
Ssssttt ini antara aku dan kalian, ok sebenarnya aku tidak terlalu akrab dengan guntur, maksudku ayolah kalian bilang kalau kalian tidak perlu alasan saat mencintai seseorang ya begitulah aku juga tidak butuh alasan untuk tidak menyukai seseorang bukan haa...
Maksudku bukan aku membencinya, hanya sedikit kurang akrab saja, pun dia juga terlihat berpikiran sama denganku...
Sudahlah, toh kami tidak pernah terlalu mempermasalahkan hal semacam itu. Soal hujan, terkadang dia memang terlalu bersemangat dalam melakukan banyak hal. Dalam lagu yang pilu pun aku kerap melihat wajah semangat, saat ia menyanyikannya. Entahlah mungkin dia sedikit marah atau tersinggung terhadapku karena terakhir kali ia menyanyi aku hanya terdiam dalam pandangan kosongku, menatap jauh kedalam kekosongan itu. Mungkin senja juga sedikit marah padaku karena terakhir kami saling sapa adalah saat terakhir aku mendengar nyanyian hujan...
Aku bahkan tidak sempat mengucapkan kata perpisahan yang biasa kami lontarkan, sesaat kemudian sapa malam menarikku kembali dari lamunan dan kudapati hujan dan senja telah pergi...
Aku hanya menyibakkan "hem" kecil, lalu pergi meninggalkannya yang terlihat lebih antusias menebar pesona pada kumpulan muda mudi saat ini, yang mungin telah bersiap siap untuk sesuatu yang kalau tidak salah bernama "satnight"...
Aku? Jangan tanya apa yang kulakukan kemudian, beberapa temanku mungkin lebih senang menyebutnya dengan "sadnight". Ayolah aku tidak terlalu mempermasalahkannya toh ini tidak benar benar "sadnight" bagiku...
Aku tidak tertarik pada banyak hal saat ini, hanya menghitung jumlah gembala bulan malam ini, terkadang ada yang bergerak berlarian dan beberapa yang melihatnya juga mungkin segera berteriak, " make a wish make a wish". Puh, aku menatap dingin malam, yang sejak tadi terlihat cuek padaku, hah pun bulan segera menarik selimut awan menutup diri. Gitar yang sudah kupegang dari tadi tidak kupetik sedikitpun, karena setiap lagu yang ingin kumainkan hanya akan menambah buruk suasana hatiku malam ini...
Berjam jam sudah sejak aku tidak punya pikiran akan melakukan apa malam ini, hingga tanpa kusadari ini sudah terlalu larut...
Aku masih memegang gitar yang belum kupetik sejak tadi,.. Entahlah hanya ingin memecah hening akhirnya aku menyapa malam, yang sejak tadi aku justru tidak tertarik mengobrol dengannya...
Tidak lama bulan dengan senyumnya kembali muncul dari balik kelambu awananya, tatapannya seolah mengandung makna- maaf aku menguping obrolan kalian...
Akhirnya yang kukira marahpun muncul, ya hujan...
Awalnya terlihat sedikit ragu bergabung tapi akhirnya kami pecah dalam obrolan hangat,..
Kau tau, obrolanku dengan malam berawal dengan pertanyaannya , "bagaimana dia?" sedikit tersenyum aku menjawab, "bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu padamu, kau lebih tau bagaimana dia saat ini, apa yang dilakukannya, atau jangan jangan dia juga sedang bercerita sesuatu padamu"
Kami larut dalam tawa, dibawah perbincangan hangat itu hingga akhirnya yang lain seperti antusias bergabung...
Entahlah, hanya dengan membicarakanmu saja kami bisa larut dalam suasana hangat kebersamaan ini...
Kau, seperti bahan cerita yang tak pernah habis untuk dicertiakan pada mereka...
Terimakasih, kau telah terlalu banyak memberi pada diriku sungguh aku benar benar berterimakasih...
Kaulah tiap kata yang terucap malam ini, malam sebelumnya, dan malam malam yang lalu...
Hoam, aku mulai lelah. Akhirnya kuputuskan untuk menyudahi perbincangan kami malam ini...
Ya akhirnya kututup hari ini dengan menekan tombol "back" pada ponselku yang displaynya dari tadi menampilkan kontak dirimu seperti siap untuk menelponmu atau hanya sekedar untuk mengirim pesan singkat...
Pindah Rumah
7 years ago
0 Response to ""Back""
Post a Comment