Pages

Tentang itu, kita sudah sama sama mengerti

"Sial itu bukan mimpi..."


Tuuutt... Tuuutt... Tuuutt... "Halo", "hong koeh ikau?", "huma, haru ih mis..." Piip piip piip...
Pagi itu aku terbangun oleh suara teleponnya, dan seperti biasa aku tidak pernah punya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatku sebelum ia mematikan teleponnya. Hah, mata ini masih terasa begitu berat, kulirik jam di ponselku, ini masih pukul 7 pagi...
Akhirnya aku menyerah pada hasratku, sebelum seseorang menendangku dari atas kasur tidak lama kemudian...
Yah sebelum sempat membuka mata aku sudah tau kalau itu dia. Dia memang sahabat baikku, dia yang mengajarkanku banyak hal tentang budaya dan lainnya, saking sudah dekatnya kami dia bahkan sudah tidak sungkan sedikit pun di rumahku karena sepertinya ibuku pun sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri...
"Aku sudah baca" katanya, aku yang masih mengantuk akhirnya membuka sebelah mataku dan melihat ke arahnya "hah?" gumamku pelan. Dia menatapku prihatin, seperti ragu hendak berucap sesuatu. "Ceritalah ke aku, ntar kita pikirkan bersama seperti biasa". Aku yang sudah paham arah pembicaraannya mulai gak mood dan hanya menjawab santai, "yah katanya sudah baca, apalagi yang mau kuceritain?".

Kemudian aku membaringkan kembali badanku dan memalingkan wajah ke arah dinding. Aku memang sedang malas membahasnya bahkan pada sahabat baikku sendiri. "Hey kalau itu aku, aku akan melakukan yang memang harus kita lakukan, kupikir kau pasti sudah tau maksudku". Aku memang paham betul maksudnya, kami sering berbagi banyak hal bersama, membuka topik diskusi yang terkadang bahkan terlihat tidak penting. Makanya bahkan tanpa mengatakannya pun aku sudah paham maksudnya. Dan sial tiba tiba aku jadi sedikit bersemangat menceritakannya,.
Aku bangun dan duduk di depannya, menatapnya cukup lama. "Kalau kau diposisi dia, apa yang akan kau lakukan?" tanyaku padanya. "Eh kok aku?" dia sedikit terkejut dengan pertanyaanku.
"Yah kau sama dia kan sama sama cewe, ya kali aja pemikiranmu sama dia sama". "Aku akan melakukan seperti yang dia lakukan" ucapnya sambil menatap lantai kamarku. "Hmm iya itu cukup, sekarang aku benar benar yakin kalau dia memang melakukan hal yang benar" kataku dengan nada sedikit malas...


"Yah pagi itu, saat malamnya dia memberiku kabar tentang ini aku masih terbangun sambil bergumam sial itu bukan mimpi. Tapi pagi ini aku sudah lebih baik santai aja sih" ucapku meyakinkannya.
"Percaya aja ruh kalau dia itu cuma ingin taat pada orang tuanya", "haa sial itu yang membuatku dulu yakin banget sama dia, dia memang wanita yang benar benar taat pada Tuhannya, agamanya, dan orang tuanya" kataku sambil sedikit tertawa, yah aku hanya ingin meyakinkan dia kalau sekarang aku sudah benar benar tidak apa apa. "Aku juga yakin kalau pilihan orang tuanya itu juga yang terbaik buat dia kok" kataku santai. 

"Yah bagus lah kalau kau udah lebih baik sekarang, soalnya aku kepikiran aja sih sama obrolanmu ke dia yang dulu itu". Tiba tiba aku jadi teringat sesuatu setelah mendengar ucapannya itu.





"kelak kalau memang jalannya aku pasti datang kepada orang tuamu, Insya Allah. Jadi kita gak perlu hubungan yang kaya anak anak lain lakukan sekarang hee..."




 ya  aku memang pernah mengatakan itu padanya dulu, dan dia hanya tersenyum sambil menjawab "iya iya ruh, insya Allah yah" itu adalah sore yang tidak pernah bisa kulupakan. "Ah sudahlah, yang jelaskan sekarang aku sama dia udah sama sama mengerti" ucapku. "Dia sudah mengerti kalau itu kewajibannya sebagi anak yang taat pada orang tuanya sedang aku sudah mengerti kalau yang terbaik untuk dilakukan sekarang adalah merelakan" yups setelah mengatakannya sontak ia tertawa sembari berkata, "ciyeileh bijak beudh lah kawanku yang satu ini haa. Yah tapi yang jelas aku selalu mendoakan yang terbaik buat kau loh ruh". "Iya aku yakin kok, Tuhan cuma pengen yang terbaik aja buat kita semua. Siapa tau kau itu yang terbaik buat aku kelak yak haa" ucapku sembari tertawa, dia hanya menjawab santai, "ih ogah banget, aku udah liat kau dari masih ingusan sih haa"
Pagi itu aku kembali bersyukur sudah memiliki sahabat seperti dia,..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Tentang itu, kita sudah sama sama mengerti"

Post a Comment