~Sekarang pukul 3:35 pagi dan hujan masih menjadi pertunjukan utama saat ini~
Sayup sayup terdengar nyanyian dalam sunyi pagi ini, mungkin para peri sedang bermain dalam rintik yang melegakan dahaga tanah Jogja hari ini. Aku seolah tak peduli dan masih berjalan dalam duniaku, entahlah duniaku atau dunia mereka,..?! Belakangan memang aku terlalu memikirkan banyak hal, ayolah maksudku semua orang melakukannya hanya saja bagiku belakangan ini, terasa sangat tidak biasa.
Sayup sayup terdengar nyanyian dalam sunyi pagi ini, mungkin para peri sedang bermain dalam rintik yang melegakan dahaga tanah Jogja hari ini. Aku seolah tak peduli dan masih berjalan dalam duniaku, entahlah duniaku atau dunia mereka,..?! Belakangan memang aku terlalu memikirkan banyak hal, ayolah maksudku semua orang melakukannya hanya saja bagiku belakangan ini, terasa sangat tidak biasa.
Aku seperti gembala yang tidak mengenal lahan tempat domba dombaku makan dan beristirahat, aku merasa menjadi angin musim gugur yang merasa begitu berdosa saat menjatuhkan dedaunan dari rantingnya.Belakangan aku memang sedang merenungkannya, sedikit tersenyum dan entahlah seperti melompati jurang antara renungan dan kembali dalam realita.Tiba tiba kudapati aku sudah kembali, berbaring diatas kasurku dan menoleh ke arah yang lain seakan berusaha kembali ke sana, ke sudut jurang yang baru saja kutinggalkan.
Ah sudahalah, kucoba untuk memejamkan mata namun hanya kudapati diriku kembali dalam lamunan. Ini bukan tentang dia, atau dia, tapi ini adalah dia, ya yang kupikir telah terlalu terlewatkan aku bahkan tidak pernah menyadarinya sebelum ini atau tidak pernah ingin menyadarinya.Itu memang tidak terlihat seperti pilihan, tapi percayalah mungkin secara tidak disadari aku telah memilih pilihan yang kedua itu.
Ya aku adalah seseorang yang berdiri diatas bukit pada malam hari dan terlalu asik memandang keindahan gemerlap cahaya desa yang berada jauh disana, tanpa kusadari ada api unggun disini yang menerangi dan menghangatkanku.Aku seseorang yang yang terlalu asik berbaring dalam hamparan luas dimalam hari hanya untuk mengagumi gemerlap bintang disana, membuat berbagai syair dan meneriakkannya walau aku tahu musatahil itu akan sampai pada bintang bintang itu tanpa aku sadari bahwa rerumputanlah yang telah menciptakan suasana nyaman bagiku untuk berbaring disana, dan rerumputan pulalah yang telah setia menemaniku membuat dan mendengarkan tiap bait syair dan sajakku.
Ya aku adalah seseorang yang berdiri diatas bukit pada malam hari dan terlalu asik memandang keindahan gemerlap cahaya desa yang berada jauh disana, tanpa kusadari ada api unggun disini yang menerangi dan menghangatkanku.Aku seseorang yang yang terlalu asik berbaring dalam hamparan luas dimalam hari hanya untuk mengagumi gemerlap bintang disana, membuat berbagai syair dan meneriakkannya walau aku tahu musatahil itu akan sampai pada bintang bintang itu tanpa aku sadari bahwa rerumputanlah yang telah menciptakan suasana nyaman bagiku untuk berbaring disana, dan rerumputan pulalah yang telah setia menemaniku membuat dan mendengarkan tiap bait syair dan sajakku.
Ya, aku seseorang yang terlalu asik memandang keindahan keindahan diluar sana, tanpa kusadari bahwa aku telah melewatkan pandanganku dari sesuatu yang telah sangat dekat yang bahkan paling mengerti dan memahamiku.Ya mungkin itu kamu, yang begitu terlewatkan bagiku..,Aku bahkan tidak pernah memikirkannya sebelum ini, hanya saja tiba tiba itu terlintas begitu saja dalam pikiranku belakangan.
Panggil aku pohon, pohon yang terlalu asik memandang keatas mengagumi mentari yang memberikan sinarnya atau langit yang memberiku hujan, tanpa kusadari ada daun didekatku yang bahkan rela gugur hanya untuk menjadi pupuk bagiku.Atau kau lebih suka memanggilku sebagai si pembuang atau pelewat kesempatan seperti yang dilakukan oleh salah satu temanku.Aku tau aku sering membuang atau melewatkan kesempatan, tapi aku bahkan tidak pernah berpikir akan melewatkan yang ini juga.
Ya tidak akan ada daun yang sama yang akan tumbuh dua kali, mungkin aku benar benar telah melewatkannya .Tapi kupikir juga tidak sesederhana itu kan? Atau memang sesederhana itu? Mungkin si pohon memang telah melewatkan daun yang telah begitu baik itu.Namun jika memang daun itu telah gugur dan menjadi pupuk dalam keikhlasan dan cintanya pada si pohon, bukankah cintanya telah hidup bersama pohon itu?Hidup dalam diri pohon itu, dan menghasilkan daun baru yang mewarisi cinta daun yang telah gugur?
Aku bicara soal kesempatan, mungkin memang tidak akan sama persis lagi dan memang tidak akan pernah sama, tapi setidaknya biarlah si pohon ini membuat hidup daun daun baru ini lebih indah layaknya yang telah dilakukan daun sebelumnya untuk si pohon.Atau kau lebih suka pada pandangan yang pertama? Ya aku tidak bisa menyalahkanmu jika memang begitu.Aku memang telah menghentikan kebiasaanku untuk berharap lebih pada sesuatu.
Tiba tiba kudapati suasana makin sunyi, tak terdengar lagi suara hujan atau nyanyian peri, bau tanah yang khas seolah pertanda bahwa hujan telah selesai dengan urusannya pagi ini.Entahlah, aku merasa tak mau terlalu memikirkannya.Well mungkin aku memang tak terlalu memikirkannya tapi bukan berarti aku berhenti berharap..,
Aku bicara soal kesempatan, mungkin memang tidak akan sama persis lagi dan memang tidak akan pernah sama, tapi setidaknya biarlah si pohon ini membuat hidup daun daun baru ini lebih indah layaknya yang telah dilakukan daun sebelumnya untuk si pohon.Atau kau lebih suka pada pandangan yang pertama? Ya aku tidak bisa menyalahkanmu jika memang begitu.Aku memang telah menghentikan kebiasaanku untuk berharap lebih pada sesuatu.
Tiba tiba kudapati suasana makin sunyi, tak terdengar lagi suara hujan atau nyanyian peri, bau tanah yang khas seolah pertanda bahwa hujan telah selesai dengan urusannya pagi ini.Entahlah, aku merasa tak mau terlalu memikirkannya.Well mungkin aku memang tak terlalu memikirkannya tapi bukan berarti aku berhenti berharap..,
0 Response to "Mungkin Kau Bisa Memanggilku "Pohon""
Post a Comment