krik krik krik,bunyi jangkrik yang berirama malam ini terdengar jelas kedalam kamarku.Ya,malam ini terasa begitu sunyi, atau tidak.Ah entahlah kupikir hanya diam yang terlalu banyak ambil bagian malam ini,ya hanya diam dan lamunan.Sempat beberapa kali aku tersentak dari lamunanku sedikit mengendurkan otot leher yang terasa kaku.Setelahnya aku terdiam sejenak sembari menghela nafas,"bukan...bukan" gumamku sebelum aku kembali dalam lamunanku...
Memang bukan hal baru yang kutemuai disana,bukan hal yang baru dan tak pernah baru.Tapi bukan berarti itu memuakkan,bukan berarti itu usang,dan bukan berarti itu menjenuhkan...Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk menemui hal yang baru disana,terkadang aku justru merasa takut, ya aku takut akan ah sudahlah toh yang jelas aku masih bertahan bersama satu hal yang kupikir sudah cukup lama ini...
Seketika aku kembali tersadar saat kudapati bahkan jangkrik pun telah usai dengan pestanya.Yah seperti yang kukatakan di awal, nampaknya malam ini memang diam terlalu banyak ambil bagian.Hujan yang mengguyur Jogjakarta malam ini nampaknya juga telah usai dengan permainannya, meninggalkan bau khas yang telah menjadi identitas kepergian mereka.Kulirik keluar pintu kamarku, sebelum aku kembali hilang dalam pemikiran yang entah sejak kapan telah menetap dalam diriku...
Yah, ini tentang sebuah nama yang aku bahkan akan gemetar hanya untuk berada di sampingnya,sebuah nama yang aku bahkan akan secara reflek berkata "ya" dalam setiap permintaannya,sebuah nama yang aku bahkan tak bisa menatap jauh kedalam matanya.Sebuah nama yang sudah begitu lama berada pada jarak yang tak pernah bisa kuhitung,jarak yang mungkin tak terjangkau,jarak yang tak bisa di ungkapkan dalam matematis, ya jarak ini memang hampir mustahil bagiku atau memang sudah mustahil.
Atau memang aku yang begitu bodoh karena terus mengikuti jalur dengan jarak yang tak pernah bisa kuketahui ini, sementara aku selalu menemui jalur lain yang aku bahkan seringkali merasa telah bisa menyentuh akhir jalur itu.Jalur yang telah kususuri entah sejak kapan ini, aku bahkan tak tahu sudah sampai dimana aku.Tapi nampaknya si bodoh ini belum tertarik untuk menghentikan perjalanannya, si bodoh ini belum tertarik untuk menjadi pintar.Belum atau memang tidak tertarik sama sekali, entalah bahkan si bodoh ini tak pernah bisa memilih diantara dua pilihan yang terlihat sederhana itu...
Tapi satu hal yang telah dipilihnya, jika untuk menajdi pintar, dia harus berhenti pada jalur yang telah diyakininya selama ini, maka biarlah si bodoh ini tetap menjadi si bodoh, biarlah si bodoh ini terus melangkah pada jalur ini.Karena si bodoh ini, sampai hari dimana tulisan ini dibuat masih bisa bergembira dan bahagia dengan kebodohannya.Maka bukanlah harga yang pantas jika harus menjadi pintar dengan menukarkan kebahagian dalam kebodohannya ini.Ya satu hal dan satu satunya hal yang bisa dipilih dengan pasti oleh si bodoh untuk saat ini, seolah dia berkata,"aku senang dengan kebodohanku ini,dan aku cukup bahagia"...
Pindah Rumah
7 years ago
0 Response to "The Fool and The Choice"
Post a Comment